Jakarta (selasihmedia) – Jumlah populasi di India disebut bakal menjadi yang terbanyak di dunia, menggantikan China. Prediksinya bakal terjadi di pertengahan tahun ini.
Menurut PBB, pergeseran seismik akan membuat populasi India mencapai 1,4286 miliar, hampir 3 juta lebih banyak dari China yakni 1,4257 miliar, demikian laporan terkait Populasi Dunia PBB.
China umumnya dianggap sebagai negara terpadat di dunia sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, tetapi tahun lalu populasi mereka menyusut untuk pertama kalinya sejak 1960, sementara India terus meningkat.
Negara ini menghadapi tantangan besar dalam menyediakan listrik, makanan, dan perumahan bagi populasinya yang terus bertambah, dengan banyak kota besarnya yang sudah berjuang dengan kekurangan air, polusi udara dan air, dan daerah kumuh yang padat.
Menurut Pew Research Center, jumlah orang di India telah bertambah lebih dari 1 miliar sejak 1950, tahun saat PBB mulai mengumpulkan data populasi.
Profesor Sosiologi Universitas Terkemuka di Universitas Maryland Sonalde Desai mencatat bahwa India telah memasuki fase setiap generasi berikutnya akan memiliki lebih banyak pekerja daripada tanggungan. Bonus demografi ini akan memungkinkan negara untuk menghasilkan modal surplus yang dapat diinvestasikan untuk pertumbuhan di masa depan, katanya.
“Ini adalah momen yang menyenangkan dan saya sangat berharap bahwa India akan dapat mengambil keuntungan dari bonus demografi ini,” katanya seperti dilansir detikcom.
Untuk meningkatkan populasi usia kerja, India perlu berinvestasi dalam pendidikan dan pengembangan keterampilan sehingga para pekerja ini tidak hanya menjadi sumber tenaga kerja murah.
“Negara juga harus mengurangi hambatan bagi perempuan untuk memasuki dunia kerja dan memaksimalkan potensi mereka, serta berinvestasi dalam kegiatan manufaktur yang padat karya,” tambah Prof Desai.
China mengakhiri kebijakan satu anak yang diberlakukan pada 1980-an di tengah kekhawatiran kelebihan populasi dan mulai mengizinkan pasangan memiliki tiga anak pada 2021.
Banyak yang menyalahkan penurunan angka kelahiran karena melonjaknya biaya hidup, serta meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja dan mencari pendidikan tinggi.
China mengatakan bahwa pihaknya menerapkan strategi nasional untuk secara aktif menanggapi penuaan populasi, mempromosikan kebijakan kelahiran tiga anak dan langkah-langkah pendukung, yang secara aktif menanggapi perubahan dalam perkembangan populasi.
“Dividen demografi China belum hilang, dividen bakat mulai terbentuk, dan momentum pembangunan tetap kuat,” kata juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin.*