PEKANBARU (selasihmedia) – Dengan adanya temuan unggas yang mati mendadak di Kabupaten Kampar. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Riau mengimbau kepada masyarakat agar segera melaporkan ke Dinas Pelaksana fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/kota atau petugas Puskeswan setempat, jika ada kematian ayam yang tinggi.
“Kemudian juga menjalankan biosekuriti di wilayah kandang, mulai dari pembatasan lalu lintas orang dari luar, menempatkan cairan desinfektan di wilayah masuk awal peternakan,” kata Kepala DPKH Riau Herman melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan Faralinda Sari.
Selain itu, masyarakat juga hendaknya melakukan penggantian baju setiap masuk dan keluar kandang dan langsung dicuci setiap harinya sampai dengan pembersihan kandang dan penyemprotan desinfektan yang berkala.
Untuk ibu rumah tangga yang berbelanja ke pasar untuk membeli ayam, jaga kebersihan personal, dengan cara mencuci baju yang digunakan dari pasar, cuci tangan dan peralatan yang digunakan untuk menangani produk unggas dengan sabun.
“Jangan khawatir untuk mengonsumsi ayam dan produknya, karena tidak menular melalui cara dikonsumsi. Yang perlu dikhawatirkan adalah sekresi/cairan/lendir atau kotoran dari ayam yang menempel pada produk unggas,” ujarnya.
“Virus Avian Influenza mati ketika dipanaskan pada suhu 80 derajat Celcius selama minimal 2-10 menit. Selama produk unggas dimasak secara sempurna, tidak perlu khawatir tertular. Periksakan ke dokter, jika ada anggota keluarga yang mengalami demam atau gejala flu, setelah ada kontak dengan unggas,” imbaunya.
Sebelumnya, dengan adanya temuan ratusan ayam mati mendadak di Desa Koto Masjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kampar yang duduga mati akibat virus flu burung. DPKH Riau mengirimkan sampel ayam tersebut ke Balai Veteriner (BVET) Bukittinggi.
“Kami mendapat laporan adanya ayam yang mati mendadak yakni jenis ayam kampung dan itik pada 1 Maret. Kemudian langsung ditindaklanjuti dengan mengirim tim kesehatan hewan dan laboratorium veteriner DPKH Riau untuk mengambil sampel,” katanya.
Selanjutnya, sampel yang diambil kemudian dibawa ke laboratorium BVET Bukittinggi. “Kami masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium BVET Bukittinggi untuk memastikan apakah unggas tersebut mati akibat flu burung atau tidak,” ujarnya seperti dilansir mdcr.*